Ketegangan di wilayah perbatasan Lebanon-Israel semakin memanas akibat serangan terbaru pasukan militer Israel terhadap penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) di Lebanon. Serangan ini melibatkan tembakan tank yang menargetkan markas UNIFIL di Naqoura, yang terletak di selatan Lebanon. Insiden tersebut mengakibatkan kerusakan fasilitas serta melukai dua anggota pasukan perdamaian, yang keduanya berasal dari Indonesia. Kejadian ini dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang mengatur tugas UNIFIL dalam menjaga stabilitas di perbatasan setelah konflik 2006 antara Israel dan Hizbullah
Pasukan perdamaian UNIFIL, yang terdiri dari lebih dari 10.000 personel dari sekitar 50 negara, kini menghadapi risiko besar. Kondisi di lapangan semakin berbahaya sejak akhir September 2024, ketika meningkatnya aktivitas militer mengakibatkan pembatasan operasional UNIFIL. Selain itu, tembakan tersebut mencerminkan ketegangan yang meningkat akibat konflik antara Israel dan Hizbullah, di mana kelompok militan Lebanon ini terus melancarkan serangan roket sebagai tanggapan terhadap tindakan militer Israel di Gaza. Israel mengklaim bahwa langkah mereka bertujuan untuk mengusir elemen-elemen teroris di dekat perbatasan dan melindungi warganya yang terkena dampak konflik tersebut
Juru bicara UNIFIL, Andrea Tenenti, menyoroti bahwa setiap pihak yang bertikai harus menghormati dan melindungi personel perdamaian. Serangan tersebut dinilai sebagai pelanggaran serius terhadap prinsip-prinsip dasar yang menjamin keamanan pasukan PBB. Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk PBB, Arrmanatha Nasir, telah mengonfirmasi bahwa dua korban luka berasal dari TNI, dan Kementerian Luar Negeri Indonesia mengecam tindakan Israel sebagai pelanggaran berat
Kondisi di sepanjang Garis Biru—perbatasan de facto antara Lebanon dan Israel—tetap tidak stabil. Israel menekankan bahwa operasi militer ini sebagai upaya menanggulangi ancaman Hizbullah, yang dianggap sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya. Ketegangan ini dipicu oleh eskalasi konflik antara Israel dan Hamas yang terjadi sejak Oktober 2023, yang mengakibatkan perang besar-besaran dan mempengaruhi situasi keamanan regional
Upaya untuk menenangkan situasi masih terus dilakukan, tetapi prospek perdamaian di kawasan tersebut tampak suram mengingat berbagai pihak terus bersikeras dengan kepentingannya masing-masing. UNIFIL menyerukan gencatan senjata dan mencari solusi diplomatik untuk menghindari potensi korban jiwa yang lebih besar serta kerusakan yang lebih parah.
Baca Juga :